DOWNLOAD GAME FIFA 17 FULL
Review FIFA 17 – Babak Baru Drama Lapangan Hijau
Seri FIFA adalah seri game sepak bola yang sering dikritik karena kurang berani melakukan inovasi. Setiap kali ada FIFA baru, game tersebut selalu terasa hanya berbeda sedikit dibandingkan prekuelnya. Mungkin langkah ini adalah strategi “main aman” dari EA Sports, karena bila terlalu banyak melakukan perubahan bisa jadi game mereka malah berisiko kurang laku.
Bukan berarti developer FIFA tak berinovasi sama sekali. Setiap beberapa iterasi biasanya mereka melakukan perombakan gameplay, contohnya FIFA 13 yang menjadi awal penggunaan IGNITE Engine.
FIFA 17 juga salah satu titik perombakan tersebut. Game ini menghadirkan engine dan gameplay baru yang membuatnya terasa beda dari FIFA 16. Tapi apakah berbeda artinya lebih baik? Bisa ya, bisa juga tidak.
Engine baru lebih menggigit
FIFA 17 menggunakan engine Frostbite dan menjanjikan simulasi fisika yang lebih realistis. Hal tersebut langsung saya rasakan sejak baru pertama bermain. Kontrol pemain sangat responsif, beda dengan FIFA 16 yang masih terasa “mengambang”. Tabrakan pun lebih terasa berat layaknya tabrakan sungguhan. Kadang masih ada animasi ragdoll ketika pemain jatuh, tapi kemunculannya sangat sedikit.
Mungkin kamu akan merasa gerakan FIFA 17 sedikit lambat gara-gara efek fisika dan animasi tambahan. Tapi menurut saya, itu hal yang bagus karena pertandingan jadi lebih riil dan tak terburu-buru. Terasa sekali perbedaan antara menggiring bola dengan pemain kurus seperti Oscar dan pemain kekar seperti Diego Costa, dan ini pasti akan memengaruhi gaya mainmu.
Aksi dorong-mendorong, tarik-menarik, hingga handball menjadi bumbu yang menciptakan berbagai drama di lapangan. Sayangnya, mungkin EA agak berlebihan dalam membuat simulasi fisika ini. Saya merasa para pemain terlalu mudah cedera di FIFA 17. Tanpa kena tekel pun mereka bisa cedera karena hal-hal acak, misalnya gara-gara menendang bola dari posisi yang tidak nyaman.
Aksi terkendali
Bila membahas gameplay, saya akan mengatakan suatu hal yang mungkin bisa membuat penggemar setia FIFA tersinggung: FIFA 17 terasa mirip Pro Evolution Soccer (PES). Ini suatu kemajuan, tapi juga berarti FIFA sebetulnya tertinggal dari PES secara gameplay.
Saya sangat senang karena kontrol bola di FIFA 17 terasa lebih presisi dari prekuelnya. Dulu rasanya susah sekali memberikan umpan-umpan terobosan jarak jauh, atau melakukan shoot mengincar sudut-sudut sempit. FIFA 17 membuat hal-hal tersebut sangat nyaman dilakukan, apalagi bila kamu menggunakan pemain dengan akurasi tendangan tinggi.
Umpan lambung dan terobosan lambung juga sekarang jauh lebih akurat, sehingga saya bisa menciptakan banyak permainan tak terduga di depan gawang lawan. FIFA 17 membuatmu merasa punya kendali penuh terhadap permainan, dan tidak perlu banyak berharap pada keberuntungan. Walaupun unsur keberuntungan juga tetap ada sih.
EA tidak main-main ketika mereka bilang akan meningkatkan kualitas AI. Taktik yang kamu pilih di layar Team Management benar-benar terasa berpengaruh pada gerakan pemain. Contohnya, kecenderungan positioning pemain di taktik Possession Game akan jauh berbeda dengan taktik Counter Attack.
Kamu juga bisa melakukan kustomisasi taktik secara mendetail. Mulai posisi garis pertahanan, frekuensi crossing, agresivitas pressing, dan lain-lain, semua bisa kamu modifikasi. Strategi lini pertahanan dan lini penyerangan bahkan bisa kamu tentukan secara terpisah. Dua orang bisa jadi memainkan tim yang sama, tapi gaya mainnya akan jauh berbeda.
Bola mati bikin frustrasi
Satu hal lagi yang dijanjikan EA dalam FIFA 17 adalah perombakan sistem bola-bola mati, seperti sepak pojok, tendangan bebas, dan tendangan penalti. Benar saja, sistem bola mati kini jauh berubah. Bukan jadi makin bagus, tapi jadi payah.
Saya merasa tendangan bebas di sini punya unsur random yang sangat tinggi. Saya bisa menendang ke arah yang sama, dengan kekuatan tendangan sama, tapi hasilnya bisa berbeda. Bukan hanya melenceng sedikit, tapi benar-benar jauh bahkan berlawanan arah. Meski sudah latihan dan menonton tutorial berkali-kali, saya masih tidak mengerti cara melakukan free kick secara konsisten.
Di sisi lain, sistem penalti kini malah jadi sok keren. Kamu menggunakan stik analog kiri tidak hanya untuk mengarahkan bola, tapi juga untuk untuk berlari sebelum menendang. Lucunya, analog kiri hanya menentukan arah bola secara horizontal, sementara ketinggian vertikalnya bergantung pada seberapa lama kamu menekan tombol shoot.
Sistem bola-bola mati dalam FIFA 17 terasa sangat aneh, tidak intuitif, dan tidak menyenangkan. Ini adalah kelemahan utama yang membuat saya tidak bisa seratus persen suka dengan FIFA 17. Sungguh sayang, padahal dari gameplay keseluruhan FIFA 17 sudah cukup bagus dan seru.
The Journey, mode baru yang melebihi ekspektasi
Fitur andalan yang dipromosikan dengan gencar oleh EA Sports di FIFA 17 adalah mode cerita baru berjudul The Journey. Secara singkat, The Journey sebetulnya hanya Career Mode (Become A Legend kalau istilah di PES) yang diberi tambahan cerita. Terdengar tidak menarik? Tunggu dulu sampai kamu mencobanya sendiri.
The Journey adalah mode yang keren karena terasa dikembangkan dengan begitu padat dan niat. Tampilan grafis yang muncul saat cutscene di sini sangat bagus, jauh lebih bagus daripada mode lainnya. Ceritanya pun menarik, walau masih agak klise. Kamu akan diajak meniti karier pemuda bernama Alex Hunter, dari pemain pemula hingga menjadi bintang Liga Primer Inggris.
Tergantung dari pilihan dialog yang kamu ambil, kepribadian Hunter bisa berubah-ubah. Ini berpengaruh terhadap hubunganmu dengan penggemar, teman setim, serta manajer. Bila kamu tidak disukai manajer, atau gagal bermain bagus, kemungkinanmu dipilih jadi starter bisa menurun. Sistem ini membuat FIFA 17 jadi terasa seperti game sepak bola dengan bumbu RPG.
Sepanjang karier, Hunter akan bertemu pemain-pemain bintang seperti James Rodriguez, Marco Reus, dan Harry Kane. Ini membuat pengalamanmu sebagai pesepak bola lebih autentik.
Sayangnya unsur role-playing di sini tidak begitu berpengaruh pada cerita. Kamu bisa mendapat beberapa adegan berbeda, namun ceritanya tetap linear. Bukan masalah besar, karena secara keseluruhan The Journey sudah cukup menghibur.
Segudang fitur yang tak bisa disebut satu-persatu
Saya tidak mungkin membahas semua konten FIFA 17 secara detail karena review ini akan jadi sangat panjang. Yang jelas, fitur-fitur lama seperti Career Mode, Tournament, serta Season muncul kembali, dan hanya memiliki perubahan minor. FIFA Ultimate Team (FUT) pun masih ada, dan tetap tidak menarik. Lebih seru memainkan FIFA Mobile daripada FUT, toh keduanya sama-sama berisi grinding dan microtransaction.
Dari sisi lisensi tim, FIFA 17 tetap unggul dengan lisensi penuh dari seluruh dunia, bahkan kini ditambah dengan lisensi liga Jepang. Keberadaan tim nasional sepak bola wanita dipertahankan, dan mereka punya nuansa gameplay yang beda dari tim laki-laki. Misalnya tabrakan badan yang lebih ringan.
Fitur lain yang tidak penting tapi saya sukai adalah konektivitas online yang kaya dan terhubung dengan dunia nyata. Dengan Live Form, kondisi para tim bisa naik atau turun sesuai performanya di liga sungguhan. Misalkan Arsenal baru kalah pertandingan di Premier League, para pemain Arsenal di FIFA 17 jadi tidak bisa bermain maksimal.
Game ini juga punya sesi khusus untuk streaming video highlight permainan-permainan terbaik yang sedang heboh di dunia nyata. Untuk hiburan sampingan, ada semacam mini seri live action yang membahas beragam topik, contohnya rekomendasi karakter untuk kamu incar di mode FUT.
Bila kamu seperti saya yang lebih sering main bersama teman, mungkin kamu tidak akan banyak berkutat di fitur selain pertandingan biasa, The Journey, dan Career Mode. Tapi untuk yang bermain sendiri, banyaknya konten akan membuatmu tidak cepat bosan. Baik main secara online ataupun offline, variasi yang disajikan begitu beragam, membuat FIFA 17 sangat memuaskan sebagai sebuah game AAA.
Kesimpulan
FIFA 17 menghadirkan banyak pembaruan dan tambahan konten dibanding prekuelnya. Kontrol lebih responsif, tabrakan badan lebih realistis, dan secara umum pengalaman yang ditawarkan sangat menyenangkan.
Dengan koneksi internet, kamu bisa menikmati beragam fitur online yang cukup menarik. The Journey berhasil melampaui ekspektasi saya, dan saya harap terus ada di seri FIFA berikutnya.
Keluhan saya terhadap FIFA 17 ada pada sistem eksekusi bola mati yang berubah jadi menyebalkan. Ini unsur krusial dalam gameplay, sehingga cukup banyak memengaruhi skor review. Tapi pada akhirnya, FIFA 17 tetap berhasil menjadi sebuah game yang keren, padat, dan seru. Bila kamu penggemar sepak bola, game ini jelas harus kamu coba.
Origin Link: FIFA 17 (PC), US$69,90 (sekitar Rp919.000)
PlayStation Store Link (US): FIFA 17 (PS4), US$59,99 (sekitar Rp789.000)
PlayStation Store Link (Asia): FIFA 17 (PS4), Rp758.000
Comments
Post a Comment